Perlunya Sinergi Antara Industri dan Pertanian Kakao

Kolaborasi pada pertanian kakao serta industri olahan dipandang terpenting untuk mengusung komoditas bahan pangan itu.

Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) M Arie Novel mengemukakan, rumor penting dalam komoditas kakao bukan pada produktivitas perkebunan, akan tetapi pada rantai supply industri serta pemerintah yang tidak menggerakkan kerja sama terpadu dengan petani.



"Diperlukan integrated road map yang menggabungkan unsur hulu serta hilir, jadinya mesti membuat arah di mana industri dapat memperoleh sumber biji kakao," tuturnya pada Kontan.co.id, Selasa (16/10).

Arie mengemukakan pada tahun 2017 produksi kakao ada di rata-rata 280.000 ton. Pada tahun 2018 diprediksikan akan turun jadi 250.000 ton. Prediksi penurunan ini dikarenakan oleh kurangnya perkembangan jumlahnya petani kakao, serta kurangnya keterkaitan entrepreneur serta pemerintah dalam mendayakan komoditas itu.

Awal mulanya, Kementerian Koordinator Perekonomian sudah sempat mengisukan wawasan akan lakukan peremajaan kakao, akan tetapi sampai sekarang ini realisasinya belumlah tampak. Arie menuturkan, peremajaan memang tidak jadi konsentrasi penting, malah harusnya lebih pada menggerakkan kemitraan petani dengan industri.

Pihaknya mengerti jika pemerintah mempunyai prioritas dalam rumor pangan strategis seperti beras serta gula, akan tetapi jika kakao selalu dibiarkan, dapat menyebabkan Indonesia jadi importir biji kakao seutuhnya.

Ditambah lagi tempat kemampuan pabrik pemrosesan jual bibit kakao Indonesia sudah sampai 800.000 ton, akan tetapi yang aktif cuma 50-55% dari angka itu hingga tunjukkan keadaan idle capacity yang besar.

Comments

Popular Posts